Pelaksanaan penetasan telur burung dengan menggunakan mesin penetas PUI-30.
Teknis pelaksanaan penetasan dari hari ke hari adalah sebagai berikut :
HARI KE-1 penetasan
Setelah sumber pemanas dihidupkan, pintu dan lubang ventilasi dari mesin penetas ditutup rapat, jangan sekali-kali mencoba membukanya dan suhu tetap dipertahankan 37-38 oC. Aturan ini berlaku dalam jangka waktu 48 jam atau selama dua hari berturut-turut sampai suhu ruang mesin tetas benar-benar sudah stabil. Isi nampan/baki tempat air dengan air bersih untuk menciptakan kelembaban dalam ruangan mesin penetas, wadah air selalu dikontrol setiap saat mulai dari hari ke-1 sampai hari ke-17
HARI KE-2 penetasan
Mesin tetas dalam kondisi tertutup rapat, sementara suhu ruangan sama seperti pada hari ke-1
HARI KE-3 penetasan
Mulai dilakukan pemutaran telur. Kegiatan pemutaran telur dilakukan tiga kali atau dua kali sehari, misalnya pagi, siang, dan malam, atau pagi dan sore saja. Pemutaran telur dilakukan secara rutin setiap hari mulai hari ke-tiga sampai hari ke-15 dengan rentang waktu yang sama.
HARI KE-4 penetasan
Kegiatan yang dilakukan meliputi pemutaran telur, pembukaan lubang ventilasi selebar ½ bagian . Suhu mesin penetas 37-38 oC. Nampan/baki tempat air perlu diperiksa, apakah air yang ada didalamnya masih ada atau sudah habis.
HARI KE-5
Kegiatan sama seperti hari ke-4, hanya saja lubang ventilasi dibuka selebar 3/4 bagian.
HARI KE-6
Lubang ventilasi dibuka seluruhnya. Kegiatan sama seperti pada hari ke-5
HARI KE-7
Jangan lupa pemutaran telur tetap dilakukan 3 atau 2 kali sehari sampai hari ke-15. Untuk suhu tetap seperti pada hari sebelumnya. Mulai dilakukan peneropongan telur (sebaiknya dilakukan pada malam hari, agar hasil pengamatan keadaan di dalam telur dapat terlihat dengan jelas). Melalui peneropongan tersebut dapat diketahui telur yang fertile (telur yang terbuai oleh burung jantan) dan telur yang infertile (telur yang kosong) dan kematian embrio di dalam telur lihat gambar pada penetasan telur ayam hari ke-7. Nampan/baki tempat air perlu diperiksa.
Telur yang fertile dimasukkan kembali ke rak didalam mesin penetas, sedangkan telur yang kosong/infertile atau yang embrionya mati dikeluarkan. Untuk telur yang kosong/infertile masih layak untuk dikonsumsi. Suhu mesin penetas tetap dipertahankan 37-38 oC, dan lubang ventilasi dibuka seluruhnya.
HARI KE-8
Kegiatan masih pada pemutaran telur,seperti yang dilakukan pada hari-hari sebelumnya. Lubang ventilasi tetap dibuka seluruhnya. Suhu ruang mesin penetas tetap 37-38 oC.
HARI KE-9
Kegiatan sama dengan hari ke-8
HARI KE-10
Kegiatan sama dengan hari ke-9
HARI KE-11
Kegiatan sama dengan hari ke-10
HARI KE-12
Kegiatan sama dengan hari ke-11
HARI KE-13
Kegiatan sama dengan hari ke-12
HARI KE-14
Kegiatan sama dengan hari ke-13
HARI KE-15
Tidak boleh lagi melakukan pemutaran telur, sampai telur menetas. Memasuki hari ke-15 sampai hari ke-17 telur mengalami masa kritis yang pada saat tersebut embrio mengalami perubahan yang sangat cepat untuk menjadi anak burung (piyek) yang sempurna sehingga sangat peka terhadap perubahan temperature di dalam ruang penetasan. Suhu ruangan mesin penetas 37-38 oC.
HARI KE-16
Sebagian telur mulai retak. Pada saat seperti ini ruangan mesin penetas membutuhkan kelembaban yang lebih tinggi daripada hari-hari sebelumnya. Untuk mencapai suasana tersebut, kita dapat menambahkan volume air pada wadah/tempat air. Suhu masih 37-38 oC dan lubang ventilasi tetap terbuka.
HARI KE-17
Semua telur sudah menetas. Bila ada yang belum menetas berarti embrio di dalam telur telah mati dan tidak perlu ditunggu lagi. Wadah air di dalam ruang mesin tetas dikeluarkan akan ruangan tidak lembab. Biarkan sejenak anak-anak burung yang baru menetas tetap berada didalam ruang mesin penetas. Suhu yang dibutuhkan masih tetap 37-38 oC dan lubang ventilasi tetap terbuka seluruhnya.
HARI KE-18
Seluruh kegiatan penetasan dianggap selesai. Anak-anak burung dapat dikeluarkan dari ruang mesin penetas dan dipindahkan ke kotak pembesaran yang sudah disiapkan sebelumnya. Proses pemindahan hendaknya dilakukan secara hat-hati karena kondisi tubuh anak burung yang masih lemah.